Dalam penambangan emas, logam emas tidak berada dalam bentuk murninya, akan tetapi masih bercampur dengan logam dan campuran lain. Karena itu perlu adanya pemisahan dan pemurnian logam emas. Selama ini, pemisahan emas dilakukan dengan cara sianidasi, amalgamasi, dan peleburan (http://www.ftp.ui.edu). Sedangkan pemurnian emas dengan cara elektrolisis (http://www.wikipedia.com). Namun metode-metode tersebut banyak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.. Hal ini karena bahan kimia yang digunakan untuk reaksi-reaksi diatas bersifat toksik terhadap lingkungan.
Pencucian tumpukan batuan dengan sianida (Cyanide Heap Leaching) dianggap sebagai cara paling hemat biaya untuk memisahkan butir-butir emas yang halus (http://www.bappeti.go.id). Tapi cara ini sangat tidak ramah lingkungan karena sianida dapat melepaskan logam-logam berat lainnya seperti kadmium, timah, merkuri yang berbahaya bagi manusia dan ikan, dalam konsentrasi rendah sekalipun (http://www.jatam.com). Menurut laporan Program lingkungan PBB (UNEP), dari tahun 1985 hingga 2000, lebih dari selusin waduk pembuangan limbah tambang emas mengandung sianida ambruk.
Metode amalgamasi, yang dalam penggunaannya melibatkan raksa, hanya dapat mengisolasi emas sekitar 50%-60%. Selain dinilai tidak efisien, raksa juga menghasilkan residu yang berdampak negatif bagi lingkungan (Hocker, 2000). Bahkan uap raksapun dianggap berbahaya jika terhirup manusia. Gejala keracunan pada manusia antara lain : batuk, nyeri dada, bronchitis, pneumonia, tremor, insomnia, sakit kepala, cepat lelah, kehilangan berat badan, dan gangguan pencernaan (http://www.kompas.co.id).
Mengingat metode-metode yang tidak ramah lingkungan tersebut, maka diperlukan metode lain yang lebih ramah terhadap lingkungan. Menurut Gardea-Torresdey, et al. (1998) sejak lama telah diketahui bahwa tumbuhan memiliki kemampuan untuk mengambil emas dari tanah dan mengakumulasikannya dalam jaringan secara cepat, baik secara aktif melalui metabolisme tumbuhan atau secara pasif melalui gugus fungsional dalam jaringan tumbuhan. Kemampuan ini dapat dimanfaatkan untuk memperoleh kembali ion emas(III) dari larutannya.
Dewasa ini telah banyak dikembangkan metode adsorpsi dengan menggunakan biomassa tumbuhan, yang dikenal sebagai metode fitofiltrasi. Biomassa tumbuhan dapat digunakan untuk mengadsorpsi ion logam kationik maupun anionik. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa biomassa tumbuhan dapat mengikat berbagai ion logam seperti Cu(II), Ni(II), Cd(II), Cr(III), Sn(II), Au(III), dan Zn(II) (Gardea-Torresdey, et al. 1998). Selain itu, biomassa bersifat biodegradable, sehingga penggunaannya bersifat ramah lingkungan.
Tiemann, et al., (2004) menduga bahwa gugus-gugus aktif yang terdapat pada protein dalam tumbuhan berperan penting bagi proses pengikatan ion logam. Tumbuhan yang memiliki kadar protein tinggi dan dapat digunakan untuk mengikat emas(III) dengan metode fitofiltrasi adalah rumput gajah.
Metode fitofiltrasi ini diharapkan sebagai metode alternatif yang dapat digunakan dalam pengolahan pertambangan emas di Indonesia, sehingga residu dari hasil tambang emas yang diperoleh tidak akan membahayakan bagi lingkungan, hewan, dan manusia.
Pengolahan emas sistem pelarutan ( leaching) sianida ataupun tiourea konvensional baru bernilai jika dilakukan terhadap batuan dengan kandungan minimal emas 5 gram / ton. Padahal dalam kenyataannya mayoritas batuan emas memiliki kandungan yang lebih kecil dari itu. Agar batuan dengan kandungan emas minimal 1 gram / ton dapat diproses secara ekonomis, maka diciptakan sistem pengolahan dump leach / heap leach.
Berbeda dengan cara - cara konvensional, dalam sistem ini tidak dilakukan penghalusan ukuran batuan. Dengan kata lain tak perlu dilakukan proses - proses mekanis terhadap batuan hasil tambang. Batuan dengan ukuran seperti apa adanya ditumpuk diatas bidang datar ( lapang) yng telah dilapisi polimer sejenis plastik. Plastik berfungsi menahan cairan kimia agar tak meresap ke lapisan tanah di bawahnya, sehingga aman dari pencemaran.
Proses pelarutan dilakukan dengan menyemprot cairan kimia dengan metode hujan buatan melalui sprinkle - sprinkle yang ditempatkan di atas tumpukan batuan. Tetes larutan selanjutnya akan melakukan penetrasi ke pori - pori batuan, melarutkan logam - logam yang di inginkan. Gaya grafitasi membawa larutan logam ke bagian bawah dan selanjutnya dialirkan ke kolam / danau penampungan. Hasil larutan yang telah masuk ke kolam / danau kemudian diproses untuk mendapatkan logam emas dan perak.
" " CUPLIKAN" " "
..." Dalam bahasa umum di dunia pengolahan hasil tambang, dump / heap leach berarti teknik pengolahan logam sistem pelarutan tanpa proses penghalusan. Agar batuan emas kadar rendah mampu diolah secara ekonomis..."
" ...2. Larutan dari tangki pelarut disalurkan ke sprinkle – sprinkle lewat pipa – pipa distributor, selanjutnya mengalir ke permukaan atas batuan. Cairan pelarut disiram dari bagian atas tumpukan seperti tetesan air hujan. Tetes - tetes larutan yang menimpa bongkahan akan mengalir kebagian bawah ( dengan terlebih dahulu melewati bongkahan-bongkahan dibawahnya, dan seterusnya) . Saat tiba dibagian bawah, larutan tersebut telah kaya akan garam logam..."
..." Sebagian dari batuan emas tidaklah berdiri sendiri, akan tetapi terbungkus oleh lapisan logam lain yang berbentuk garam sulfida. Untuk melarutkan emas seperti ini diperlukan proses “ refractory” ataupun proses semacam itu agar tabir permukaan logam emas / perak terbuka terhadap pelarut.
Beberapa contoh emas model ini adalah CuAuTeS2 ( paduan tembaga emas tellurium sulfida) , CuAuFeS2, ..."
..." Pelarutan pengotor memerlukan adanya oksigen dari udara sebagai bantuan oksidator. Dalam proses pengolahan konvesional oksigen diinjeksikan kedalam larutan melalui gelembung udara yang disalurkan lewat pipa kedalam wadah bak pelarut, dan selanjutnya didistribusikan keseluruh bagian melalui putaran agitator..."
..." Dalam sistem Dump Leach batuan terbuka terhadap udara luar sehingga tak ada hambatan terhadap suplay oksigen, namun disaat tumpukan bongkahan menjadi lebih tinggi timbul perisai terhadap udara luar. Untuk mengatasi hal ini maka dilakukan pemasangan cerobong suplay udara pada tempat – tempat yang ditengarai bakal kekurangan udara..."
" ...Pemerian HCl pada chalcopyrite ( yang biasanya terdapat dalam batuan emas) akan melarutkan unsur besi, dan tembaga tertinggal dalam bentuk sulfida logam. Sulfida tembaga ini sangat mudah teroksidasi oleh oksigen menjadi tembaga sulfat. Proses oksidasi ini menghasilkan panas yang menyebabkan tumpukan menjadi hangat..."
..." CuFeS2 + 2HCl CuS + FeCl2 + H2S
CuS + 2O2 CuSO4..."
..." Untuk mendapatkan ion NO3- yang netral maka saat ini telah digunakan garam timbal nitrat Pb( NO3) 2. garam ini akan terurai dalam air menjadi kation Pb2+ dan anion NO3-. Proses penambahan Pb( NO3) 2 dapat dilakukan bersama dengan proses sianidasi, dan inilah keunggulan proses “ nitrox” dibanding “ klorinasi” dalam sistem Dump / Heap Leach..."
..." Mengapa proses sianidasi tak menghendaki pH yang rendah?
NaCN saat dilarutkan dalam air akan terurai menjadi ion Na+ dan CN-. Penurunan pH akan mengakibatkan naiknya proton bebas ( H+ ) dalam larutan. Bertemunya anion CN- dan ion hidrogen ( H+ ) akan membentuk asam sianida ( HCN) . Asam sianida ( HCN) sangat mudah menguap. Titik didih HCN hanyalah 26oC, sedikit diatas suhu kamar..."